Rabu, 2 Juli 2025 — Dalam upaya membangun pembelajaran yang responsif dan berpihak kepada murid, SMP Negeri 3 Ampelgading melaksanakan kegiatan Asesmen Diagnostik Awal sebagai langkah awal tahun ajaran. Inisiatif ini tidak hanya bertujuan mengukur kesiapan belajar secara umum, tetapi juga menggali potensi, gaya belajar, serta aspek afektif siswa sebagai dasar penyusunan strategi belajar yang lebih personal, adil, dan bermakna.
Asesmen yang pelaksanaan berbarengan dengan kegiatan kesepakan Bersama orang tua ini n ini dirancang untuk tujuan
- Mengidentifikasi kesiapan belajar murid secara kognitif (penguasaan konsep) dan afektif (kesiapan emosi, motivasi belajar).
- Mengenali gaya belajar setiap murid (visual, auditori, kinestetik, reflektif, dsb).
- Menggali potensi bakat dan minat yang menjadi kekuatan individual siswa.
- Menyusun strategi pembelajaran diferensiatif berbasis profil belajar.
Asesmen diagnostik tidak semata prosedur teknis, melainkan manifestasi penghormatan terhadap keunikan setiap anak. Ia memungkinkan sekolah mendengar, membaca, dan menyelami “peta potensi” yang dibawa setiap siswa ke dalam ruang kelas.
Pendidikan yang berpihak tidak menempatkan murid dalam barisan seragam, tetapi menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kebutuhan dan kekuatan mereka. Dalam semangat ini, asesmen menjadi instrumen refleksi bagi guru untuk merancang pembelajaran yang lebih inklusif, adaptif, dan humanistik.
Asesmen diagnostic ini dilaksanakan dengan pendekatan holistik, di antaranya:
- Instrumen kognitif: soal literasi dan numerasi dasar.
- Kuesioner afektif: menilai minat, motivasi, dan persepsi diri siswa.
- Survei gaya belajar: memahami pendekatan belajar yang paling sesuai bagi masing-masing siswa.
- Inventori bakat/minat: eksplorasi awal terhadap bidang-bidang yang menarik minat atau menunjukkan potensi lebih.
Data hasil asesmen akan dianalisis dan dimanfaatkan untuk:
- Menyusun strategi pembelajaran berdiferensiasi.
- Mengelompokkan siswa berdasarkan profil belajar.
- Menentukan pendekatan komunikasi dengan orang tua secara lebih personal.
- Menyusun program pengembangan minat dan bakat di tingkat kelas maupun sekolah.
Dengan pendekatan ini, sekolah menegaskan posisinya bukan hanya sebagai pusat transfer ilmu, tetapi sebagai rumah tumbuhnya potensi—dalam makna yang utuh dan mendalam.